AEPI – Bunyi ketukan palu bersahutan terdengar dari kediaman Pak Sarmili di Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu, 20 November 2021. Sekitar 20 peserta “ngecobar” mengetuk-ngetukkan palu pada daun yang diletakkan di atas kain. Inilah teknik pounding, salah satu teknik pembuatan ecoprint.
Kegiatan ngecobar digelar oleh Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) Wilayah DKI Jakarta untuk memeriahkan HUT ke-1 AEPI. Hadir dalam acara itu, Pengurus Pusat AEPI, Inen Kurnia, Wirasanti dan Hesti Sorengpati.
Ketua AEPI Wilayah DKI Jakarta, Dewi Damayanti mengatakan, bisa membuat ecoprint secara bersama-sama menjadi ajang silaturahmi para anggota AEPI dan berbagi ilmu serta pengalaman. “Dengan ngecobar bisa menambah ilmu. Banyak ilmu dan pengalaman yang kita dapatkan dan kita bisa lihat hasil karya teman-teman,” kata Dewi.
Sementara, Sarmili, selain sebagai tuan rumah HUT AEPI juga membagi keahliannya pada teknik eco-pounding. Sarmili mengaku sangat tertarik pada ecoprint teknik pounding dan ingin menjadi ecoprinter spesialis pounding. Pada kesempatan ini. “Dari pengamatan saya, eco-pounding itu kurang diminati. Hal inilah yang membuat penasaran. Saya mencoba dan mencoba terus, akhirnya saya mendapat teknik ketukan yang baik. Saya ingin menjadi spesialis eco pounding,” kata Sarmili.
Selain membuat eco-pounding, para peserta yang hadir juga membuat eco-paper yaitu ecoprint di atas kertas, yang dipandu oleh Ketua AEPI wilayah DKI Jakarta, Dewi Damayanti.
Para peserta merasa senang dan puas bisa belajar bersama dan ingin membuat karya-karya lainnya. Sri Sapariati salah satunya. Anggota AEPI berdomisili di Malakasari; Durensawit, Jakarta Selatan ini mengatakan puas bisa belajar secara tatap muka. Sebelumnya, Sri membuat ecoprint dengan teknik steam dan rebus.(dew)
