WhatsApp Image 2021-08-25 at 20.47.31

 

Ecoprint Masa Depan Indonesia

 

AEPI – Ecoprinter Indonesia sangatlah beruntung karena di nusantara ini memiliki beragam tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan ecoprint. Oleh karena itu, Asosiasi Eco-printer Indonesia (AEPI) terus mendampingi anggotanya agar berkembang, dari sekedar hobi menjadi sebuah usaha.

“Menurut saya, ecoprint menjadi masa depan Indonesia. Di negara kita, tanaman sangat beragam,” kata Mardiana Ika, seorang Fashion Designer ternama, disela-sela zoom meeting yang membahas soal harga pokok produk ecoprint berupa tas dan baju, Sabtu (28/8/21).

Mardiana Ika, pemilik brand Ika Butoni yang kini tinggal di Hongkong terus mengikuti kegiatan AEPI. Founder Bali Fashion Week ini pun mengaku sangat optimis ecoprint akan berkembang di nusantara dan menjadi masa depan Indonesia.

Meski demikian, Fiona Aryani dari Divisi Pengembangan Produk dan Pemasaran AEPI mengatakan di sejumlah daerah masih harus membeli bahan baku ecoprint dari luar pulau dengan ongkos kirim yang tergolong mahal. Akibatnya berpengaruh pada harga pokok produk dan harga jualnya. “Untuk hal ini kami, pengurus akan mencari solusinya agar harga jual produk ecoprint bisa bersaing,” ujar Fiona.

Dalam pembahasan harga pokok produksi dan harga jual produk tote bag ecoprint. Untuk menentukan harga pokok produksi (HPP) diperoleh dari jumlah harga material dan biaya yang dibutuhkan membuat satu tas, antara lain kain ecoprint, kain lapisan dalam, kancing magnet, staplek, ongkos jahit. Misal, didapatkan hasil HPP sebesar Rp122.250, selanjutnya, cara menghitung harga jual (HJ) adalah HPP ditambah keuntungan yang kita inginkan. Jika kita menginginkan keuntungan 40 persen dari harga jual, rumusnya adalah HJ = HPP + 40% Maka ditemukan harga jual sebesar Rp203.750.

“Tentunya HPP perlu ditambah dengan biaya-biaya lain yang kita perlukan untuk menjual produk kita, misalnya biaya promosi, biaya iklan jika kita menjual secara online, memperhitungkan konsinyasi dan biaya SPG jika kita berjualan secara offline,” papar Fiona.

Sementara, Essy Masita dari divisi yang sama dengan Fiona, menjelaskan cara menghitung HPP dan harga jual produk baju ecoprint. Produk yang ready stock yakni produk massal dan terbatas (limited), serta produk customade mempunyai cara menghitung HPP yang hampir sama yaitu dihitung dari semua material dan biaya seperti ongkos jahit, packing, dan lainnya. Bedanya pada penentuan keuntungan. Untuk produk massal keuntungan cukup 30 persen, produk limited profitnya sekitar 50 persen. Dan untuk produk customade atau sesuai permintaan pelanggan bisa mengambil keuntungan 100 persen. “Bahkan untuk produk yang sudah punya nama bisa lebih profitnya,” kata Essy.

Sekretaris AEPI, Inen Kurnia, menambahkan penjelasan bahwa belajar bersama menghitung HPP ini adalah salah satu upaya meningkatkan kemampuan para ecoprinter untuk melangkah ke area bisnis. Sejak awal, Divisi Pengembangan Produk dan Pemasaran AEPI telah mendorong anggotanya untuk membuat produk ecoprint menjadi baju, tas, dan lainnya.(dew)

Posted in

One thought on “

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hubungi kami