AEPI – Bagi orang awam, saat melihat kain ecoprint sering menganggapnya sebagai kain batik. Hal itu wajar saja karena memang ecoprint dan batik itu “serupa tapi tak sama”. Serupa karena pada kedua jenis kain ini ada motif gambar yang tertera di atas kain. Tak sama, karena proses pembuatan batik dan ecoprint berbeda. Batik menggunakan malam, sedangkan ecoprint tidak memakai malam. Sehingga ecoprint itu bukan batik.
Kain batik sudah dikenal secara turun temurun. Bahkan batik Indonesia sudah diakui oleh Unesco sebagai warisan budaya dunia. Masyarakat Indonesia terbiasa mengenakan kain batik pada berbagai kegiatan, mulai sebagai pakaian sehari-hari, untuk menggendong bayi, hingga sebagai pakaian pada acara pesta.
Batik yang sudah melekat pada kehidupan masyarakat, umumnya dibuat oleh kaum hawa. Proses membatik, dimulai membuat pola gambar di atas kain yang sudah dimordan, lalu garis-garis motif ditutup dengan malam (lilin). Caranya pun unik dengan menggunakan alat canting untuk mengambil malam yang dipanaskan. Kemudian malam yang ada di canting ditiup. Setelah itu, canting digunakan untuk menorehkan malam mengikuti alur garis yang sudah terpola. Jika sudah selesai maka kain siap melalui proses pewarnaan hingga akhirnya menjadi lembaran kain batik. Inilah proses batik tulis.
Menurut SNI 0239 – 2019, batik merujuk pada kerajinan tangan sebagai hasil pewarnaan, secara perintangan menggunakan lilin batik panas sebagai perintang warna, dengan alat utama pelekat lilin batik berupa canting tulis dan atau canting cap untuk membentuk motif tertentu yang memiliki makna.
Dengan kata lain, kata Puthut Ardianto, Ketua Asosiasi Eco-printer Indonesia AEPI), batik merupakan produk karya inovasi syarat tradisi, dilihat dari segi teknologi proses, motifnya, dan makna filosofis yang terkandung di dalamnya.
“Jika merujuk pada pengertian dan istilah batik menurut SNI 0239 – 2019, maka jelas sekali bahwa ecoprint itu bukan batik karena dalam prosesnya tidak menggunakan lilin batik panas dan canting” kata Puthut, Ketua AEPI yang juga pemilik merek Lemospires, Jumat (10/9/21).
Berbeda dengan batik, motif pada kain ecoprint terbentuk melalui proses transfer warna dan jejak-jejak daun ke permukaan kain. Caranya, setelah kain dimordan, dedaunan ditata di atas kain lalu ditutup kain lagi. Kain ini ada yang diberi pewarna alam. Lalu ditutup plastik, kemudian digulung dan dikukus sekitar dua jam. Ketika membuka “lontong” (gulungan kain yang dikukus) baru bisa diketahui hasil ecoprintnya.
Tingkat ketajaman motif daun pada kain ecoprint sangat terkait dengan jenis daun, pewarna alam, dan kain yang dipakai. Selain itu, ada berbagai cara dan teknik juga mempengaruhi hasil yang dicetak daun. Apalagi, setiap lembar kain ecoprint tidak ada yang sama karena dedaunan hanya sekali pakai. Oleh karena itu, karya ecoprint menjadi unik dan eksklusif.
Menurut Inen Kurnia, pemilik brand Inen Signature, menjaga kualitas ecoprint sangat penting. Caranya, antara lain dengan terus memperdalam teknik, agar bisa mencapai pada tingkat tahan luntur warna yang baik. Sehingga konsumen atau pemakai merasa puas.
Inen yang juga Sekretaris AEPI menambahkan, meskipun berbeda, namun ecoprint dan batik bisa dipadukan. Contohnya, kain yang telah dibatik lalu ditambahkan motif dengan teknik ecoprint, atau sebaliknya. Saat ini. teknik ecoprint masih terus berkembang.
Sesuai namanya ecoprint berasal dari ecosystem yaitu alam dan print berarti cetak. Jadi ecoprint adalah seni mencetak daun, bunga, batang, getah, kulit kayu, dan lainnya di atas kain serat alami. Sementara pewarna alami diperoleh antara lain dari kayu, kulit kayu, kulit. Oleh karenanya para ecoprinter berupaya menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga tanaman-tanaman agar terus tumbuh. Indonesia memiliki beragam tumbuhan sebagai bahan baku ecoprint. Hal ini yang harus dijaga karena menjadi potensi yang besar bagi perkembangan ecoprint di tanah air.
Kini produk ecoprint tidak hanya berupa lembaran kain saja, tetapi sudah menjadi produk fashion, interior, dan lainnya. Ecoprint juga bisa dibuat di atas kertas, keramik, dan bambu. Saat ini, ecoprint menjadi salah satu peluang usaha yang mulai diminati.
Asosoasi Eco-printer Indonesia (AEPI) menjadi wadah para ecoprinter dan siap maju bersama dengan terus berkarya untuk Indonesia.(dew)
#ecoprintbukanbatik #Kampanyeaepi
Alhamdulillah banyak ilmu di AEPI dan bertemu banyak pakar Ecoprint, sukses AEPI
Saya suka dgn motif dan warna dari bahan alaminya. Namun untuk mendalami belajarnya saya belum paham, sudi kiranya yg mau memberikan ilmu pembelajaran yang. Kebanyakan tarif belajarnya mahal mak, saya belum ada dana lebih bt byr