AEPI – Sebanyak 620 karya ecoprint dari 27 provinsi berkibar dalam rangkaian Untaian Ecoprint Indonesia, di Taman Bunga Wiladatika Cibubur, Jawa Barat, Jumat (28/10/21).
Acara yang digelar bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ini merupakan pergelaran kelima Untaian Ecoprint Indonesia (UEI). “Acara ini adalah pergelaran kelima. Sekaligus penutupan acara UEI, kata Wirasanti, Ketua Pelaksana UEI, kemarin.
Wirasanti menyampaikan apresiasi yang tinggi dengan rasa bahagia dan haru; melihat karya para ecoprinter dari segala penjuru Indonesia yang terbentang di Taman Bunga Wiladatika Cibubur. Meskipun tidak bisa bertemu langsung dengan peserta UEI, namun 620 karya para ecoprinter dari 27 provinsi bersatu dalam Untaian Ecoprint Indonesia.
Rangkaian acata UEI ini dimulai di TMII Jakarta pada 28 Oktober 2020, di Banten 3 November 2020 , di Jawa Timur 10 November 2020, dan di Daerah Istimewa Yogyakarta 12 November 2020 dan pada saat di DIY itu terbentuklah Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI).
Menurut Wirasanti awalnya UEI ini akan berkeliling di 34 provinsi di Indonesia. Bahkan sudah terjadwal akan digelar di Belitung, Bandung, Balikpapan, dan Bengkulu. Tetapi tidak bisa terselenggara karena pandemi. “Manusia berencana namun Allah SWT mempunyai rencana lain. Apapun itu kita tetap bersyukur sampai saat ini kita masih diberi nikmat sehat dan kemampuan berkarya;” kata Santi, sapaan akrab Wirasanti
Pada puncak acara, Santi menyampaikan terimakasih kepada para founder UEI, yakni Naniek indrajid, Veronica Nugroho, Anie S Handayani, Inen Kurnia, dan Rina Oshibana yang telah mendukung hingga kegiatan UEI sukses. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada para peserta. Kain untaian ini akan diserahkan kepada AEPI, sebagai dokumentasi dari salah satu kegiatan ecoprint berskala nasional, dan dapat digunakan pada kegaiatan AEPI selanjutnya. Namun, bagi peserta yang meminta karyanya, akan segera dikirim kembali ke alamat peserta.
Inen Kurnia, salah satu founder UEI berharap ecoprinter Indonesia akan terus meningkatkan pengetahuan dalam teknik pembuatan ecoprint, sehingga memiliki hasil karya yang makin berkualitas, tidak saja pada kecantikan dalam penataan daun dan bunga tetapi juga pada kualitas ketahanan luntur warna, sehingga para ecoprinter makin percaya diri dalam mempersembahkan karyanya kepada para peminat hasil olah kain Indonesia.
Sementara Anie S Handayani, founder UEI sekaligus penasehat Asosiasi Eco-Printer Indonesia (AEPI) mengatakan potensi ecoprint sebagai salah satu bagian ekonomi kreatif di Indonesia sangat besar, baik dari sisi ecoprinter selaku produsen maupun masyarakat dan lembaga selaku konsumen. Tantangannya adalah mempertemukan antara ecoprinter (lebih dari 11 ribu orang diseluruh Indonesia) dengan potensial konsumen.
AEPI dengan 1.107 anggota, memiliki program untuk melakukan edukasi dan sosialisasi tentang Ecoprint dengan konsep ecofriendly-nya juga pemahaman bahwa ecoprint tidak sama dengan batik.
Anie mengajak para ecoprinter bersama AEPI melakukan riset dan pengembangan untuk bisa meningkatkan kualitas produk ecoprint sekaligus kualitas ecoprinternya.
(dew).